Kisah Hidup Pribadi Desain dan Perjalanan
Beberapa tahun terakhir aku menyadari hidup seperti kanvas yang terus berubah. Di balik setiap desain yang kupost di blog ini, ada cerita pribadi yang kupelihara seperti sketsa di buku catatanku. Aku tidak cuma membuat objek, aku menata waktu, tempat, dan perasaan agar bisa ditelusuri orang lain.
Aku tidak yakin desain harus selalu megah. Ia adalah bahasa untuk memilih, merelokasi perhatian, dan memberi arti pada hal-hal kecil. Pagi hari biasanya dimulai dengan rencana sederhana: warna kertas, jarak antar paragraf, ritme kalimat. Batasan kadang memberi cara baru. Ketika ide macet, aku menggambar cepat, menulis kata spontan, lalu membiarkan bentuknya berbicara.
Apa arti desain bagi hidup saya sehari-hari?
Desain bagi saya lebih dari estetika. Ia cara bagaimana saya berinteraksi dengan dunia: bagaimana saya menata meja, memilih ukuran font, atau menuliskan catatan harian. Setiap pilihan kecil adalah keputusan hidup yang terpresentasikan secara visual. Saya belajar hidup dengan ritme komposisi: kontras yang cukup untuk menarik perhatian, tetapi tidak terlalu ramai sehingga kata-kata kehilangan makna.
Ritme ini mengajari saya disiplin tanpa kehilangan manusiawi. Saya menahan dorongan untuk selalu mengubah segalanya dalam sekejap. Ketika saya menulis sebuah posting, saya menyeimbangkan antara keinginan untuk cepat dan kebutuhan untuk jelas. Akhirnya, desain menjadi cara merawat perhatian orang lain sambil menjaga keaslian cerita pribadi saya.
Bagaimana traveling mengubah cara saya melihat warna dan bentuk?
Perjalanan membuka mata pada palet warna yang tak pernah terpikir sebelumnya. Warna senja di kota pesisir, abu-abu lembap di gedung-gedung lama, hijau lumut di taman kota kecil—semua itu menulis bagian baru di sketsa harian saya. Saya belajar melihat bentuk sebagai bahasa: bagaimana atap mengikuti garis langit, bagaimana bayangan menuntun mata ke fokus cerita.
Saat berjalan, saya membawa buku sketsa kecil dan satu pulpen. Keterbatasan membuat saya lebih kreatif: tidak semua ide bisa saya garis bawahi, jadi saya pilih yang paling penting. Traveling juga mengajari saya bagaimana narasi bisa lahir dari benda-benda sederhana: kursi tua di kedai, mural di gang sempit, suara kendaraan yang berbaur dengan musik lokal.
Saya terkadang mengingatkan diri bahwa perjalanan bukan hanya soal tempat, tetapi waktu yang kita dedikasikan untuk melihat lebih jernih. Di meja kafe dekat pelabuhan, saya menuliskan apa yang sempat terlintas. Dan selain buku catatan saya, ada satu sumber inspirasi lain yang saya jelajahi: fabiandorado. Dengannya saya belajar bagaimana narasi bisa berjalan rapat dengan kaidah visual, tanpa kehilangan jiwa cerita.
Kisah di balik karya kecil yang sering saya simpan sebagai rahasia
Ada kotak kecil di rak kanan bawah yang menunggu cerita. Di dalamnya, tiket kereta lama, potongan stiker, sketsa yang tidak jadi saya publikasikan, dan catatan-catatan kecil. Setiap benda terasa seperti pintu menuju bagian lain dari hidup: momen ketika saya mencoba warna baru, atau ketika saya memutuskan untuk membiarkan garis ada di sana meskipun tak sempurna.
Karya paling dekat dengan hati sering muncul dari keraguan. Satu sketsa sederhana bisa berubah jadi pelajaran besar jika saya beri waktu. Rahasia kecil itu tidak untuk dipamerkan, melainkan untuk mengingatkan saya bahwa proses adalah inti dari desain. Ketika saya membaca komentar pembaca, saya tahu bahwa beberapa detik kejujuran bisa menyalakan semangat orang lain untuk mencoba hal serupa.
Perubahan besar apa yang membuat saya memutuskan menulis blog ini?
Alasan utamanya sederhana: dorongan untuk berbagi proses, bukan hanya hasil akhir. Dulu aku menata ide di buku harian, tetapi blog memberi ruang publik untuk refleksi; ia menuntut konsistensi, tetapi juga kejahilan untuk berimajinasi bebas. Seiring waktu, aku belajar menyampaikan gagasan lewat kombinasi gambar, kata-kata, dan ritme posting yang manusiawi. Blog ini menjadi tempat untuk menimbang antara cepatnya tren dan ketulusanku sebagai pembuat konten.
Aku tahu ada hari-hari ketika ide tidak datang dengan mudah. Aku siap menunggu, menilai ulang, dan mencoba lagi. Bagiku, perubahan besar ini berarti hidup dengan satu bahasa yang konsisten: desain sebagai cerita hidup. Jika suatu tulisan mengangkat pembaca untuk melihat hal-hal sederhana dengan cara baru, berarti tujuan jurnal pribadiku tercapai. Akhirnya, aku ingin menulis dengan jujur, membiarkan desain menuntun perjalanan, dan membiarkan pembaca merasakan bagaimana seni, traveling, dan pemikiran visual bisa saling menguatkan.